jumaro alhamami

Nama Jumaro lahir di Ciamis, 10 April 1963 Pekerjaan Dosen di SDN 4 Muktisari Desa Muktisari Kec.Langensari Kota Banjar Jawa Barat. Riwayat Pendidi...

Selengkapnya
Navigasi Web

Biografi


Nama Jumaro lahir di Ciamis, 10 April 1963 Pekerjaan Dosen di SDN 4 Muktisari Desa Muktisari Kec.Langensari Kota Banjar Jawa Barat.

Riwayat Pendidikan :

Lulus Madrasah Ibtidaiyah Tahun 1977,Lulus SLTP PGRI Langensari Tahun 1980, Lulus pendidikan di SMA Muhammadiyah Banjar Tahun 1984, lulus KPG Tahun 1986.

Sejak menamatkan pendidikan SLTA Tahun 1984 saya di minta oleh guru Madrasah untuk membantu mengajar sebagai tenaga Honorer dan di angkat menjadi guru Bantu Tahun 2003 serta di angkat menjadi PNS tahun 2006,

Lulus UPI Tasikmalaya tahun 2012

Hobi : menulis di Blog,Steemit blockchain, weku blockchain, dan Fb serta Gmail

Moto Hidup : " Kerja keras sebagai ladang Ibadah, doa dan tawakkal ,sebagai motivasi diri dan kendali "

Tugas berat seorang Ibu.

Tugas berat Seoarang Ibu, setelah mengurus pekerjaan rumah tangga dan berbagai aktifitas untuk menambah pendapatan keluarga, ternyata harus pula mendidik Putra-putrinya agar kelak mereka menjadi putra-putri yang membanggakan bagi keluarga dan lingkungan sekitar serta berguna bagi nusa bangsa dan agamanya.

Semua orang tua tentu besar harapan terhadap putra-putri tercintanya, menginginkan prilaku keseharian sesuai norma yang berlaku pada lingkungannya, sesuai norma Agama dan tentunya tidak melanggar Norma - norma yang ada, pendek kata menjadi seorang yang solih/solihah.

Ada beberapa metode untuk membentuk prilaku anak diantaranya adalah metode Bercerita, kebiasaan orang-orang tua kita zaman kita masih anak-anak antara umur 2-5 tahun menyuguhkan cerita-cerita menjelang tidur hingga kita terlelap dan terbawa mimpi, dan itu merupakan metode yang ampuh untuk membentuk prilaku anak.

Dunia anak yang sejatinya adalah dunia bermain, telah terampas oleh beban kehidupan yang terlalu rumit. Sehingga, anak tidak lagi menemukan gerak perkembangan yang normal. Anak telah dipaksa untuk berada di luar garis kemampuannya. Maka, dapat dibayangkan, kemampuan anak yang masih belia mesti menanggung derita dan beban hidup yang di luar kadarnya. Selain berbagai kasus yang menimpa dan menyeret anak dalam pertarungan kelas tinggi,terputusnya transformasi nilai-nilai sosial budaya kita juga sangat berperan dalam membentuk dunia anak yang gamang dan gelisah. Budaya dongeng sebelum tidur
yang digerus parade sinetron, permainan anak yang digantikan oleh menu game,secara tidak langsung pula menggiring anak pada kegagapan untuk memahami
dan mengenali dirinya sendiri dan lingkungannya.

Bercerita atau story telling ternyata dapat dijadikan sebagai media membentuk kepribadian dan moralitas anak usia dini. Sebab, dari kegiatan bercerita terdapat manfaat yang dapat dipetik oleh pendongeng (orang tua) beserta
para pendengar (dalam hal ini adalah anak usia dini). Manfaat tersebut adalah,terjalinnya interaksi komunikasi harmonis antara orangtua dengan anaknya dirumah, sehingga bisa menciptakan relasi yang akrab, terbuka, dan tanpa sekat. Ketika hal itu terpelihara sampai sang` buah hati menginjak remaja,
tentunya komunikasi yang harmonis antara orang tua dan anak akan menjadi modal penting dalam membentuk moral. Karena kebanyakan ketika mereka beranjak remaja atau dewasa, tidak mengingat ajaran-ajaran moral diakibatkan tidak adanya ruang komunikasi dialogis antara dirinya dengan orang tua sebagai
“guru pertama” yang mestinya terus memberikan pengajaran moral. Jadi, titik terpenting dalam membentuk moral sang anak adalah lingkungan sekitar rumah, setelah itu lingkungan sekolah dan terakhir adalah lingkungan masyarakat sekitar.
Namun, ketika dilingkungan rumahnya sudah tidak nyaman, biasanya
anak-anak akan memberontak di luar rumah (kalau tidak di sekolah, pasti di
lingkungan masyarakat). Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal seperti itu sudah
sewajibnya orang tua membina interaksi komunikasi yang baik dengan sang buah
hati supaya di masa mendatang ketika mereka memiliki masalah akan meminta
jalan keluar kepada oran g tuanya.

Upaya preventif agar tidak terjadi pemberontakan dari sang buah hati
terhadap tatanan moral yang berlaku, adalah dengan membudayakan kembali
dongeng sebelum tidur. Tentu saja, kisah yang didongengkan itu harus berisi
panduan hidup yang berbasis pada filsafat hidup dan nilai moral yang visioner dan
positif bagi perkembangan hidupnya di masa depan. William Pakpahan
mengatakan bahwa pengetahuan moral bisa diajarkan di rumah, caranya dengan
membahas buku-buku dongeng, kitab suci, dan menceritakan kisah yang
konstruktif bersama anak.

Bercerita bagi anak usia dini sangatlah penting. Karena dengan bercerita
anak bisa merekam dalam otaknya tentang kisah-kisah tertentu serta kejadiankejadian
yang telahterjadi, memberikan pesan moral serta bisa menguatkan kekuatan memori otak anak. Semakin dini anak diberi dongengan semakin cepat
terbentuknya meningkat kemampuan otak dalam meningkatkan kejeniuasan anak.
Aktivitas bercerita atau story telling memang telah jadi budaya di negeri
kita selama ratusan tahun lamanya. Ini dibuktikan dengan adanya legenda,
misalnya di tatar Sunda, kita mengenal Sasakala Situ Bagendit, Sasakala
Tangkuban Parahu, sakdang kuya jeung sakadang monyet dan masih banyak lagi.
Bukti tersebut mengindikasikan bahwa telah sejak dahulu kala, nenek moyang
kita melakukan kegiatan bercerita kepada anak-cucunya agar tertanam nilai moral
sejak usia dini. Dan, biasanya dongeng yang lebih berpengaruh kepada anak-anak
adalah kisah-kisah keteladanan yang berkaitan dengan dunia anak yang imajinatif.
Merrill Hermin dalam bukunya berjudul How to Plan a Program for
Moral Education (1990) dalam Priyono 2001 berpendapat bahwa mendongeng
atau bercerita memungkinkan orang berbicara tanpa memaksakan pendapatnya
kepada orang lain. Sebab setiap pendengar memiliki kebebasan untuk setuju atau
tidak setuju dan akan berusaha menempatkan posisinya di mana ia mau dalam
cerita itu.
Selain itu, cerita atau dongeng bisa menjadi wahana untuk mengasah
imajinasi dan alat pembuka bagi cakrawala pemahaman seorang anak. Ia akan
belajar pada pengalaman-pengalaman sang tokoh dalam dongeng tersebut, setelah
itu memilah mana yang dapat dijadikan panutan olehnya sehingga membentuk pribadinya.

search

New Post